Translate

Rabu, 24 Desember 2014

KEBUN RAYA EKA KARYA


Kebun Raya Eka Karya Bedugul adalah salah satu objek wisata terkenal di Bali, tepatnya di Kabupaten Tabanan. Kebun Raya Eka Karya Bedugul terletak pada ketinggian 1.250-1.450 meter di atas permukaan laut. Itulah sebabnya mengapa iklim tropis yang panas di Bali tidak mencapai daerah ini. Sewaktu siang hari suhu dapat mencapai 17-25° C, dan ketika malah hari, suhu bisa turun mencapai 10-15° C. Yang menarik dari objek wisata Kebun Raya Eka Karya Bedugul ini yaitu keindahan alam pegunungan yang masih alami, tempatnya yang tinggi membuat daerah ini selalu berkabut dan berhawa dingin. Cuaca di daerah ini tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, selalu melengkapi diri dengan beberapa payung, pakaian hangat, dan jas hujan. Disekitar objek wisata ini terdapat objek wisata yang sangat terkenal yaitu Danau Beratan.
Berawal dari gagasan Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo sebagai direktur lembaga pusat penyelidikan alam yang menginginkan didirikannya cabang kebun raya di luar Jawa khususnya bali sebagai cagar alam bagi tumbuhan, maka pada tahun 15 juli 1959 Kebun Raya Eka Karya secara resmi didirikan. Nama Eka Karya berarti kebun raya pertama yang merupakan hasil kerja keras bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.
Sekitar 154 hektar kebun di lereng bawah Gunung Pohen, menawarkan sebuah koleksi pohon dan bunga. Tepat setelah pintu masuk, anda akan tiba di atas area rumput hijau yang luas, dimana orang biasanya menggelar tikar mereka dan membuka keranjang piknik mereka. Bali Tree Top, adalah sebuah tempat berpetualang bagi seluruh keluarga, terletak di sisi kiri taman, tepat setelah pintu masuk dan pusat informasi. Di sini anda bisa mendapatkan buklet yang menyediakan semua nama botani dari semua tanaman dan bunga di Kebun Raya Eka Karya Bedugul.

PURA ULUN DANU BERATAN


Pura Ulun Danu Beratan, atau yang kerap disingkat penyebutannya menjadi Pura Ulun Danu, merupakan pura terbesar di Bali setelah Pura Besakih. Nama pura ini merujuk pada lokasinya yang berdiri di tepi Danau Beratan. Lokasi pura ini cukup istimewa karena berada di dataran tinggi Bedugul, yakni sekitar 1.239 meter di atas permukaan laut (dpl). Kondisi yang demikian membuat lingkungan pura cukup sejuk, dengan temperatur udara antara 18-22 derajat celcius. Selain itu, lansekap Danau Beratan yang asri juga menambah suasana indah di tempat ini

Sejarah pendirian Pura Ulun Danu Beratan dapat dilacak pada salah satu kisah yang terekam dalam Lontar Babad Mengwi. Dalam babad tersebut dituturkan mengenai seorang bangsawan bernama I Gusti Agung Putu yang mengalami kekalahan perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Untuk bangkit dari kekalahan tersebut, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak Gunung Mangu hingga memperoleh kekuatan dan pencerahan. Selesai dari pertapaannya, ia mendirikan istana Belayu (Bela Ayu), kemudian kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan memperoleh kemenangan. Setelah itu, I Gusti Agung Putu yang merupakan pendiri Kerajaan Mengwi ini mendirikan sebuah pura di tepi Danau Beratan yang kini dikenal sebagai Pura ulun Danu Beratan.
Dalam Lontar Babad Mengwi juga dikisahkan bahwa pendirian pura ini dilakukan kira-kira sebelum tahun 1556 Saka atau 1634 Masehi, atau sekitar satu tahun sebelum berdirinya Pura Taman Ayun, sebuah pura lain yang juga didirikan oleh I Gusti Agung Putu. Pendirian Pura Ulun Danu Beratan konon telah membuat masyhur Kerajaan Mengwi dan rajanya, sehingga I Gusti Agung Putu dijuluki “I Gusti Agung Sakti” oleh rakyatnya
Berkunjung ke Pura Ulun Danu Beratan, para pelancong dapat menikmati keunikan pura dan lingkungan alam yang asri di sekitarnya. Suasana asri, sejuk, dan udara yang bersih mulai terasa sejak wisatawan menginjakkan kaki di lahan parkir menuju pura. Dari tempat parkir ini, wisatawan terlebih dahulu harus membeli karcis untuk memasuki lingkungan pura. Para pelancong kemudian akan melewati jalan setapak yang dihiasi bunga-bunga, hamparan rumput, serta pepohonan cemara yang menghijau. Jalan setapak ini mengarah pada pintu masuk menuju pura (gapura).  
Sebelum memasuki gapura, cobalah untuk menengok sejenak bangunan stupa (candi Buddha) yang hingga sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah. Tidak jauh dari areal pura, juga terdapat bangunan masjid sebagai tempat ibadah untuk umat muslim. Keberadaan stupa dan masjid ini mengingatkan kita betapa toleransi beragama sudah dipraktekkan sejak lama oleh masyarakat Bali.
Memasuki gapura, kita akan melihat bangunan pura khas Bali yang dicirikan oleh menaranya yang bertingkat (meru). Di dalam kompleks pura setidaknya terdapat beberapa bangunan bermenara yang memiliki atap bertingkat, yaitu menara dengan atap 11 tingkat, 7 tingkat, dan 3 tingkat. Keberadaan menara bertingkat tersebut menggambarkan pemujaan terhadap tiga dewa, yakni Dewa Wisnu (11 tingkat), Dewa Brahma (7 tingkat), dan Dewa Siwa (3 tingkat). Yang menarik, karena terletak di tepi danau yang agak rendah, membuat daratan di sekitar pura kerap tergenang air ketika debit air danau sedang meluap. Kondisi ini menciptakan pemandangan yang sangat indah, di mana kompleks pura dengan gugusan menara bertingkat-nya seolah-olah berada di tengah danau. Keadaan saat air meluap ini merupakan momen terbaik untuk memotret Pura Ulun Danu Beratan. 
Meskipun dianggap sebagai tempat pemujaan kepada trimurti (Dewa Wisnu, Brahma, dan Siwa), namun sebetulnya pura ini semula merupakan tempat untuk memuja Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang merupakan simbol bagi kesuburan. Perkiraan ini merujuk pada kosmologi tentang lingga dan yoni, di mana Gunung Mangu (tempat bertapa I Gusti Agung Putu) dianggap sebagai lingga dan Danau Beratan sebagai yoni. Simbol-simbol lingga yoni secara nyata juga nampak pada beberapa bagian dalam kompleks pura ini. Simbol lingga-yoni merupakan simbol pemujaan kepada Dewa Siwa dan Dewi Parwati Dugaan bahwa pura ini merupakan tempat pemujaan terhadap Siwa-Parwati makin menguat melihat fungsi pura ini sebagai pura subak, yakni pura yang disokong oleh organisasi sosial masyarakat Bali yang mengatur pembagian irigasi pertanian. Pura subak sendiri khusus dibuat untuk memohon kesuburan bagi pertanian. Para penganut Hindu yang bersembahyang di pura ini memuja dewi danau, atau dalam bahasa setempat disebut dewi danu (disebut juga dewi air).Dewi danu ini kemungkinan menunjuk kepada sosok Parwati, istri Siwa yang merupakan simbol kesuburan. Di sini nampak bahwa aktivitas pertanian di sekitar danau tak hanya didukung oleh sistem peririgasian yang baik, tetapi juga ditunjang oleh ritual agama yang kuat. Pura Ulun Danu Beratan memberikan gambaran yang cukup jelas bagaimana organisasi subak mengatur sistem irigasi pertanian dan sekaligus membangun sarana peribadatan untuk mengupayakan hasil panen yang melimpah.
Selain menjadi situs bersejarah yang merekam perkembangan ajaran Hindu pada masa Kerajaan Mengwi, kompleks Pura Ulun Danu Beratan juga menyimpan artefak lain yang berasal dari zaman megalitik (sekitar 500 tahun sebelum Masehi). Di sebelah kiri halaman depan Pura Ulun Danu Beratan dapat disaksikan sebuah sarkofagus dan papan batu. Sarkofagus merupakan peti batu yang biasa difungsikan untuk menyimpan mayat (kubur batu), sementara papan batu yang terdapat di lokasi yang sama diperkirakan sebagai tempat pemujaan masyarakat prasejarah. Temuan ini menunjukkan bahwa tempat dibangunnya pura sebelumnya juga telah digunakan sebagai tempat ibadah oleh masyarakat arkais.
Selain berwisata sejarah, wisatawan juga dapat menikmati indahnya Danau Beratan yang memiliki kedalaman hingga 23 meter ini. Wisatawan yang merasa tidak puas hanya dengan memandanginya saja dapat menyewa perahu tradisional atau perahu motor untuk mengelilingi danau. Atau, jika ingin menjajal tantangan berbagai permainan air, dapat pula menyewa permainan parasailing, bana boat,serta jetski. Untuk sekedar menghabiskan waktu, wisatawan juga bisa memancing di tepi danau, tepatnya di bawah rimbunnya rumpun bambu untuk sekedar menghabiskan waktu. Apabila menginginkan suasana hutan dengan tanaman buah-buahan yang menggoda selera, wisatawan dapat menuju Kebun Raya Eka Karya yang terletak sekitar 300 meter dari Danau Beratan.
Pura Ulun Danu Beratan terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Indonesia. Pura ini terbuka untuk kunjungan wisatawan antara pukul 08.00 sampai 18.00 WIT. Namun, apabila area pura sedang berkabut, lokasi pura akan ditutup lebih cepat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Pura Ulun Danu Beratan berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Tabanan, atau sekitar 55 kilometer dari Kota Denpasar. Untuk menuju pura ini, wisatawan dapat menggunakan kendaraan umum, seperti taksi, bus pariwisata, maupun agen perjalanan menuju jalur Denpasar-Singaraja. Pura ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng, berada di pinggir jalan raya, tepatnya di tepi Danau Beratan.
Sebagai sebuah obyek wisata sejarah dan religi, Pura Ulun Danu Beratan telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang, seperti lahan parkir, taman bermain untuk anak, serta toilet. Taman bermain tersebut menyediakan berbagai sarana permainan, seperti ayunan, kursi putar, dan jungkat-jungkit. Di dekat taman bermain terdapat restoran yang menyajikan aneka masakan. Restoran ini biasanya akan penuh oleh pengunjung pada saat jam makan siang.
Wisatawan yang ingin mengelilingi danau dengan menyewa perahu dikenakan biaya untuk satu kali keliling, dengan waktu sekitar 20 menit. Sedangkan bagi Anda yang ingin memancing dapat menyewa peralatan pancing dengan waktu pemakaian sepuasnya. Di sekitar pura juga terdapat jasa melukis wajah cepat, hanya dalam waktu 15 menit, dengan harga yang tentunya juga terjangkau. Sekiranya wisatawan menginginkan membeli oleh-oleh, di utara areal pura terdapat pasar tradisional. Di pasar ini dijual berbagai hasil perkebunan, pertanian, kerajinan khas bali, serta hewan khas Bali, yakni anjing kintamani.

DANAU BUYAN


Danau Buyan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Danau ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar. Ia diapit oleh dua danau lainnya, yaitu Danau Tamblingandi sebelah barat dan Danau Beratan di timur. Danau Buyan adalah yang terbesar dari ketiganya.
Di antara danau Buyan dan Tamblingan yang terpisahkan oleh hutan sepanjang kurang lebih satu kilometer, terdapat sebuah kolam yang terhubung langsung dengan danau Buyan melalui sebuah kanal sempit. Oleh masyarakat kolam ini dinamakan Telaga Aya.

DANAU TAMBLINGAN



Danau Tamblingan adalah sebuah danau yang terletak di lereng sebelah utara Gunung Lesung, kawasan Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Danau ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar. Di sebelah timur berturut-turut terdapat Danau Buyan dan Danau Beratan. Diapit oleh hutan disekelilingnya serta dikarenakan letaknya di dataran tinggi membuat lingkungan danau ini berhawa sejuk.
Sebagai salah satu objek wisata alam di Pulau Bali, Danau Tamblingan tidak dikembangkan ke arah pariwisata modern demi menjaga kelestarian alam dan lingkungan di sekitarnya. Yang menjadi daya tarik utama tempat ini bukan hanya pesona alamnya, namun juga karena banyaknya pura yang menyimpan sejarah dan perkembangan peradaban juga kebudayaan Bali khususnya menyangkut pembentukan dan perkembangan Desa Tamblingan.
Diceritakan pada abad 10M sampai 14M lingkungan Danau Tamblingan adalah pemukiman yang pusatnya berada di Gunung Lesung sebelah selatan danau. Karena suatu alasan penduduknya kemudian berpindah ke empat daerah berbeda yang jaraknya masih berdekatan dengan areal danau. Keempat desa itu kemudian disebut Catur Desa , yang berarti empat desa yakni : Desa Munduk, Gobleg, Gesing, dan Umejero. Keempat desa ini memiliki ikatan spiritual dan memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga kesucian danau dan Pura yang ada di sekitarnya.
Nama Tamblingan berasal dari dua kata dalam Bahasa Bali yaitu Tamba berarti obat, dan Elingang berarti ingat atau kemampuan spiritual. Diceritakan dalam Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul bahwa masyarakat di wilayah itu konon pernah terkena wabah epidemi. Sebagai jalan keluar seseorang yang disucikan kemudian turun ke danau kecil di bawah desa untuk mengambil air untuk obat. Berkat doa dan kemampuan spiritual beliau air itu kemudian dijadikan obat dan mampu menyembuhkan masyarakat desa. Kata Tamba dan Elingang inilah lama kelamaan menjadi Tamblingan.
Oleh karena peradaban ini di kawasan Danau Tamblingan banyak terdapat pura. Pura-pura itu diantaranya :
1.     Pura Dalem Tamblingan
2.     Pura Endek
3.     Pura Ulun Danu dan Sang Hyang Kangin
4.     Pura Sang Hyang Kawuh
5.     Pura Gubug
6.     Pura Tirta Mengening
7.     Pura Naga Loka
8.     Pura Pengukiran, Pengukusan
9.     Pura Embang
10. Pura Tukang Timbang
11. Pura Batulepang dll
Perlu dicatat bahwa Pura Embang dan Pura Tukang Timbang adalah sebuah kawasan Pura kecil yang dibangun dari batu " bebaturan ". Diperkirakan pura ini adalah peninggalan masyaraakat praHindu yang sebelum abad 10M telah bermukim di kawasan ini.

DANAU BERATAN


Danau Beratan merupakan salah satu objek wisata yang terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali yang sangat sayang untuk dilewatkan karena keindahan alam yang ada di dalamnya. Danau ini terletak paling timur di antara dua danau lainnya yaitu Danau Tamblingan dan Danau Buyan, yang merupakan gugusan danau kembar di dalam sebuah kaldera besar.
Disini Anda juga bisa menyewa kapal boot dan sampan. Sehingga Anda bisa menikmati keindahan pemandangan dengan kabut yang menyelimuti kawasan di sekitar danau. Ditambah lagi udara di sekeliling danau yang terasa sangat sejuk. Sehingga memberikan kesan nyaman bagi para pengunjung danau.
Danau ini berada di jalur provinsi yang menghubungkan Denpasar – Singaraja serta letaknya yang dekat dengan Kebun Raya Eka Karya menjadikan tempat ini menjadi salah satu andalan wisata Pulau Bali. Disamping mudah dijangkau Danau Beratan juga menyediakan beragam pesona alam yang tidak membosankan dan akomodasi yang memadai. Di tengah danau ini, terdapat sebuah pura yaitu Pura Ulun Danu, yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.



SEKILAS TENTANG BALI


Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″LS dan 115°14′55″BT yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.

Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 mGunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, BuyanTamblingan, dan Batur. Alam Bali yang indah menjadikan pulau Bali laku dijual sebagai daerah wisata.
Ibu kota Bali adalah Kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni dan peristirahatan terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan KutaSanurSeminyak,Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa dll.
Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.

Jumat, 12 Desember 2014

KERAJAAN MINANGKABAU


      Kerajaan Pagaruyung disebut juga sebagai Kerajaan Minangkabau yang merupakan salah satu Kerajaan Melayu yang pernah berdiri, meliputi provinsi Sumatra Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh Adityawarman sejak tahun 1347. Dan sekitar tahun 1600-an, kerajaan ini menjadi Kesultanan Islam.


           Munculnya nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan Melayu tidak dapat diketahui dengan pastiNamun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut.

         Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.

        Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan aturan agama Islam. Pepatah adat Minangkabau yang terkenal: "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah", yang artinya adat Minangkabau bersendikan pada agama Islam, sedangkan agama Islam bersendikan pada Al-Quran.

        Islam juga membawa pengaruh pada sistem pemerintahan kerajaaan Pagaruyung dengan ditambahnya unsur pemerintahan seperti Tuan Kadi dan beberapa istilah lain yang berhubungan dengan Islam. Penamaan  Sumpur Kudus yang mengandung kata kudus yang berasal dari kata Quduus (suci) sebagai tempat kedudukan Rajo Ibadat dan Limo Kaum yang mengandung kata qaum jelas merupakan pengaruh dari bahasa Arab atau Islam.
        Pengaruh agama Islam membawa perubahan secara fundamental terhadap adat Minangkabau. Tetapi sejak kapan pengaruh Islam memasuki tubuh adat Minangkabau secara pasti, masih sukar dibuktikan.

        Selain itu dalam perangkat adat juga muncul istilah Imam, Katik (Khatib), Bila (Bilal), Malin (Mu'alim) yang merupakan pengganti dari istilah-istilah yang berbau Hindu dan Buddha yang dipakai sebelumnya.

UNSUR UNSUR DALAM DRAMA


Penulisan naskah drama (teater) merupakan suatu proses yang utuh yang mempunyai keseluruhan. Ada unsure-unsur fundamental dalam naskah drama antara lain ; 1.) Penciptaan latar (creating setting), 2.) Penciptaan tokoh yang hidup (freshing out characters), 3.) Penciptaan konflik-konflik (working with conflicts) ; menulis adegan; dan secara keseluruhan disusun kedalam sebuah scenario. Jadi menulis naskah drama adalah menulis tiap adegan secara rinci, misalnya bagaimana suatu dialog antar pelaku harus ditulis, bagaimana keadaan pelaku, marah, sedih, gembira, atau biasa saja, settingnya ada dimana didalam atau diluar panggung, bagaimana pencahayaan (lighting) dsb.
Adapun drama dibangun dari dua unsure juga, yaitu unsure intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsic adalah unsure yang membangun karya sastra dari dalam. Sedangkan unsure ekstrinsik adalah unsure yang dibangun dari luar. Unsur intrinsic dalam drama meliputi penokohan, alur, latar/setting, tema, amanat dan cakapan/dialog. Sedangkan unsure ekstrinsik meliputi latar belakan penciptaan, sejarah atau latar belakang pengarang, pandanagan hidup, agama, pendidikan  dan lain-lain.
Nilai budaya dalam setiap karya sastra khususnya drama, selain digambarkan tokoh cerita dengan perwatakannya juga digambarkan tempat peristiwa pada masa atau zaman tertentu. Budaya masyarakat masyarakat pada zaman karya itu diciptakan akan memberikan nilai berharga pada setiap pembaca.
Unsure intriksik dalam drama meliputi :
       1.      Tema
Tema merupakan unsure penting drama yang berupa ide, gagasan, persoalan tertentu, yang dijadikan dasar cerita dan ditentukan oleh pengarang sebelum memulai mengarang. Tema harus memiliki alas an yang kuat sebagai pijakan. Alasan-alasan yang dapat digunakan sebagai dasar menentukan tema, anatara lain :
       1.      Persoalan yang penting menonjolkan dalam drama
       2.      Secara kuantitatif menimbulkan konflik yang melahirkan cerita
       3.      Menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh didalam drama
       2.      Penokohan
         Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam drama. ini berkaitan dengan perwatakan atau karakteristik, yaitu cara sutradara mendiskripsikan tokoh-tokohnya. Seorang tokoh dapat dideskripsikan berwatak baik, jahat, pemberani, pemarah, penakut, dan lain-lain. Karakter seorang tokoh dalam drama dapat diamati melaui dialog, gerakan, kostum, pikiran (monolog) dan cara dia menghadapi masalah.
       3.      Alur
         Alur disebut juga plot atau jalan cerita adalah rangkaian peristiwa atau urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. peristiwa dalam sebuah drama adalah kejadian yang berlangsung dalam satu adegan. Suatu peristiwa dapat dialami melaui kehadiran tokoh, dialog, dan gerak tokoh, perpindahan latar atau pergantian kostim tokoh, perpindahan suatu peristiwa lain membentuk urutan peristiwa atau yang disebut juga alur.
         Rangkain alur dapat disusun dengan pola eksposisi, intrik, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan resolusi. Pola bagian eksposisi, sutradara memperkenalkan masalah karakter tokoh, dan latar peristiwa memalui dialog/prolog tokoh yang baru muncul. Selanjutnya, sutradara berusaha memunculkan masalah kecil (intrik) sebagai penyebab munculnya konflik. Makin lama, persoalan tadi makin kompleks dan rumit (komplikasi) sehingga menebabkan munculnya konflik serius.
         Konflik serius tadi menjadi sebuah klimaks cerita. tahap ini merupakan puncak konflik, pusatnya segala persoalan dan ketegangan. Dari sinilah ditetukan, apabila persoalan tadi dapat diselesaikan atausebaliknya? Jika dapat diselesaikan, cerita akan menurun atau antiklimaks.
       Bagian antiklimaks ini merupakan penurunan cerita yang ditandai sudah berkurang intensitas konflik. Setelah itu, cerita diakhiri dengan resolusi atau penyelesaian masalah.
       4.      Latar / setting
          Latar / setting adalah segala keterangan yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan suasana yang tergambar ketika peristiwa berlangsung.
       5.      Amanat
         Amanat adalah pesan yang disampaikan  pengarang melalui ceritanya. seorang pengarang pada dasarnya tidak sekedar ingin mengungkapkan gagasah. Pesan nnya, tetapi mempunyai maksud tertentu atau pesan yang diinginkan disampaikan kepada pembaca dengan kemasan yang lebih indah. Pesan itulah yang disebut amanat. Jika, persoalan pokok atau tema yang di kemukakan tidaklah diceritakan begitu saja menurut aa adanya, tetapi diolah dengan gaya imajinasi pengarang, diberi penafsiaran menurut pandangan hidup sehingga mengandung unsure seni yang cukup tinggi.
       6.      Dialog / percakapan
          Dialog / percakapan adalah percakapan antar dua oaring atau lebih. Melaui dialog yang dilakukan para tokoh cerita dapatdiketahui sika dan reaksi pelaku terhadap masalh yang terjadi dilingkungannya serta pandangannya trhadap suatu masalah yang muncul leawat kegiatan berdialog ini, perwatakan para tokoh dapat diketahui.

CONTOH NASKAH DRAMA


Suatu hari amalia mendengarkan keluh kesah Bapak dan ibunya yang sedang berdiskusi tentang tanaman yang cocok ditanam dimusim kemarau. Lia yang mendengar diskusi tersebut memberikan saran untuk mengembangkan budidaya melon. Kebutuhan salah satu seorang guru Lia ada yang menjadi petani melon yang sukses
(diberanda rumah duduk bapak dan ibu di sebuah kursi bambu)
                         Bapak        : (termenung) “Bu bagaimana menurutmu jika sawah kita itu ditanami tanaman lain.
                         Ibu             : “Maksud bapak?” (bingung)
                         Bapak        : “Ya kita ubah dari tanaman padi menjadi tanaman yang lebih menghasilkan Bu ! Jika dimusim kemarau berkepanjangan seperti ini, Bapak tidak mampu melanjutkan menanam padi lagi ?”
                              Ibu             : (Bingung) “Lha kita mau menanam apa pak ? selain itu benihnya kita peroleh dari mana ?”
                         Bapak        : (Menghela nafas) “itulah bu yang Bapak bingungkan” (Amalia muncul dan duduk disamping bapak)
                         Amalia        : “Ada masalah apa, pak ?”
                         Ibu             : “Ini lho lia bapakmu ingin mengganti tanaman padi dengan tanaman lainnya. Tapi bapak mu ini belum tahun mau menanam apa”
                         Amalia        : “Bagaimana kalau bapak menanam melon saja ?”
                         Bapak        : “Bagus sekali usulanmu Lia ! Tapi ... benihnya dari mana?”
                         Amalia        : (tersenyum) “Bapak tidak usah bingung. Disekolah lia ada seorang guru yang juga petani melon sukses. Bapak kenal dengan Pak Ali,
                         Bapak        : “Tentu kenal dong lia, beliau yang punya sawah di desa sebelah, bukan ?”
                         Amalia        : “Ya, bapak benar. Beliau juga sering mengakan penyuluhan tentang budidaya melon lho. Pak ! bagaimana kalau beliau kita undang ke desa kita ?”
                         Ibu             : (Antusias) “O... boleh.... boleh sekali lia ! kapan dan dimana ?
                         Amalia        : “Ibu atur saja waktu dan tempatnya. Jangan lupa mengajar warga desa kita agar pengetahuan mereka tentang budidaya melon ini menajdi lebih jelas.”
                         Ibu             : “Beres....”

LANGKAH LANGKAH MENULIS NASKAH DRAMA


        1.          Melihat gambar / perisitiwa yang menyentuh perasaan, atau menggali sesuatu dalam diri dan lingkungan sekitar.
          2.            Membayangkan peristiwa yang dapat terjadi melalui gambaran itu
          3.            Membuat rangkaian cerita
          4.            Memilih peristiwa yang dapat digambarkan dalam naskah
          5.            Menulis dialog sehingga membentuk naskah drama
          6.            Memberi nama tokoh / pelaku dalam setiap dialog
          7.            Menambahkan narasi, berupa latar suasana, dan lakuan tokoh.

MENULIS DRAMA


Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan juga sikap pelaku saat pentas. Naskah drama ditulis dengan selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi keterangan atau petunjuk. Selain itu, naskah drama merupakan jalinan cerita (plot) drama, plot merupakan kerangka cerita dari awal hingga akhir. Yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Selain itu, naskah drama juga memasukan unsur intrinsik drama, naskah drama disampaikan dengan kalimat langsung dan diberi informasi mengenai latar, ekspresi, dan keterangan bagi pelaku.
Terkait dengan bahasa drama, berikut ini ada beberapa hal yang perlu kalian perhatikan :
          1.            Kalimat yang digunakan harus komunikatif dan efektif
         2.            Dialog harus ditulis dengan ragam bahasa yang tepat sesuai dengan siapa yang berbicara, tepat pembicaraan itu berlangsung dan masalah yang dibicarakan.
          3.            Harus dibedakan dengan jelas antara prolog, epilog, dialog, dan monolog.
                        a.            Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama
                        b.            Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan
                        c.            Dialog adalah percakapan para pemain
                        d.            Monolog adalah percakapan seseorang pemain dengan dirinya sendiri
Apa yang diucapkan itu tidak ditunjukkan kepada orang lain. Selain ketiga hal di atas, kalian juga perlu memperhatikan petunjuk teknis pementasan drama. Petunjuk teknis ini berisi keterangan geerak pelaku, ekspresi pelaku, nada pengucapan dialog, ataupun keterangan keadaan panggung.

PENGERTIAN DRAMA


Drama adalah karya yang ditulis dalam bentuk percakapan (dialog) yang dipertunjukan oleh tokoh-tokoh dia atas pentas. Drama digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu drama dalam bentuk tertulis dan drama yang dipentaskan.
Drama berasal dari bahasa Yunani dari kata “Draomai” yang berarti berbuat, bertindak, atau beraksi. Drama berpijak pada 2 (dua) cabang kesenian yaitu seni sastra dan seni pentas.

LANGKAH LANGKAH MENULIS BUKU HARIAN


Langkah-lamgkah menulis buku harian yang baik:
1.      Menulis dengan sopan dan tidak perlu dikonsep seperti mengarang
2.      Menulis secara jujur
3.      Menulis secara mendalam. Keluarkan pikiran dan perasaan yang terdalam
4.      Dapat menulis kapan saja ketika mau
5.      Mengungkapkan perasaan dengan kata-kata atau gambar, dan tanda baca
6.      Menulis pokok-pokok sebuah pengalaman pribadi
7.      Mengembangkan pokok-pokok pengalaman tersebut dengan memerhatikan waktu dan tempat peristiwa
8.      Menggunakan bahasa yang ekspresif untuk mencurahkan perasaan.