Translate

Sabtu, 27 September 2014

MENANAM SERIBU POHON


Pagi itu, suara Ibu membuatku terbangun dari tidurku. Tak tahunya, ibu ingin mengajakku pergi ke taman untuk menghadiri acara menanam seribu pohon di desaku jam 08.00 nanti. Aku pun bergegas bangun, merapikan tempat tidurku, dan pergi ke kamar mandi untuk Wudhu.

Air mengalir keluar dari keran. Aku membasuh tanganku, berkumur, membasuh hidung, membasuh muka, membasuh tangan sampai siku-siku, mengusap kening, membasuh telinga, mengusap kaki sampai telapak dan mata kaki. Lalu aku keluar dari kamar mandi dan membaca doa setelah wudhu.
Kalian sudah tahu aku? Pasti belum. Aku adalah Ana Tasha Nur Jannah. Aku biasa di panggil Tasha. Aku suka dan sangat mencintai lingkungan. Ok teman-teman mau tahu kelanjutan kisahku dan bagaimana aku menjaga lingkungan sekitarku? Ok cekidot!
Aku segera mengambil mukena dan sholat shubuh. Aku sholat dengan sangat khusyuk. Selesai sholat, aku pergi ke kamar mandi dan mandi pagi. Byurr! Aku mengguyur tubuhku dengan segayung air. Hmm… segar! Aku pun menggosokkan sabun ke badanku dan sehabis itu mengguyur badanku lagi. Brr… dingin juga ya air pada pagi ini!!! O ya, aku juga menggosok gigiku dengan pasta gigi dan sikatnya. Lalu aku menyikat gigiku. Segar sekali mulutku!
Tak lama, aku keluar dari kamar mandi. Setelah mengeringkan tubuh, aku bergegas pergi ke kamar dan memakai kaus berwarna merah bergaris hitam bergambar anak yang berdiri dan tersenyum sambil membentuk kata peace dengan tudung kepalanya. Aku memakai celana panjang berwarna hitam training bergaris putih. O ya aku juga membawa alat kebersihan, yaitu cangkul untuk menanam tanaman.
Setelah berdandan dan bersiap-siap, aku pergi ke ruang makan dan sarapan pagi. Aku sarapan dengan ayah, ibu, dan Kak Linda, kakakku. Kami sarapan dengan telur dadar, kecap, dan ikan teri. Hmm.. yummy!
Setelah sarapan, aku dan keluargaku pergi ke balai desa untuk berkumpul dengan warga sekitar. Tempat yang lumayan jauh dari rumah kami. Dan kami juga memilih berjalan kaki daripada naik motor. Kenapa kami memilih berjalan kaki daripada naik motor? Pertama kita bisa mempersedikit polusi udara. karena kalau naik motor, kita dapat memperbanyak asap yang dapat memperbanyak polusi dan dapat merusak lingkungan. Kedua, kita bisa berolahraga dengan jalan kaki. Walaupun tempatnya jauh, tapi dengan berolahraga kita sehat dan bugar bukan? Dan kita juga terhindar dari segala macam penyakit. Ok balik lagi ke Tasha ya!
Sampai di balai desa, kami dan semua warga di bagikan dua kantong biji pohon mangga oleh Pak RT. 1 kantong di tanam di taman Panca Indah dan yang satu lagi di tanam di rumah dan pekarangan masing-masing. O ya, setelah seluruh warga berkumpul di balai desa, semua warga pergi ke taman Panca Indah yang tidak jauh dari desa. Kami dan semua warga pergi ke taman bersama, termasuk juga pak RT. Ada yang membawa alat kebersihan seperti cangkul, pupuk, dan air. Semua tampak bersemangat untuk menanam seribu pohon.
Sesampainya di taman Panca Indah, semua warga pun mengeluarkan cangkul dan mencangkuli tanah. Mereka memasukkan bibit pohon mangga ke dalam tanah yang telah di cangkul. Begitu juga denganku. Aku mencangkuli tanah. Dan aku mencangkuli tanah sampai bagian tanah yang terdalam. Lalu aku menaruh satu-dua bibit pohon mangga di dalamnya. Dan, aku menguburnya lagi dengan tanah yang sudah kucangkul tadi. Aku melakukannya terus menerus sampai sekitar 10 kali. Jadi aku menanam 10 pohon. Aku juga menyiraminya dengan air yang kudapat dari keran air. Huhh! capek, tapi nikmat kok!

Setelah melakukan kegiatan menanam seribu pohon, kami di beri segelas jus mangga oleh Pak RT. Hmm.. enak! Segar sekali! Setiap tegukannya membuat tenggorokan tenang dan menghilangkan haus dan dahaga. Sepertinya tenaga yang telah terkuras sudah kembali lagi. Sungguh senang sekali menanam seribu pohon bersama. Coba seandainya kami tidak bekerja bakti dan melakukannya sendiri. Pasti sekarang belum selesai! Makanya, kita perlu kebersamaan agar bisa meciptakan suatu kebaikan bersama. Ok sekarang waktunya pulang ke rumah masing-masing!

Keesokan harinya ....

Sehabis pulang sekolah, aku mengayuh sepedaku ke Taman Panca Indah. Sebelum pulang ke rumah, aku ingin melewati taman Panca Indah. Aku ingin melihat pohon mangga yang kutanam kemarin di sana. Aku ingin mengetahui apakah pohon manggaku sudah tumbuh atau belum. Saatku melewatinya, batang pohon manggaku sudah tumbuh. Sungguh senang hatiku. Aku merasa senang dan bahagia sekali, karena bisa menanam pohon. Dengan menanam pohon, kita dapat mengurangi polusi udara bukan? Kita dapat menebarkan kebaikan kepada semua orang. Manusia dapat merasakan suasana sejuk dan udara segar karena kita menanam pohon yang menghasilkan oksigen bagi manusia. Buah yang nantinya tumbuh juga bisa di makan banyak orang. Dengan begitu, hidup akan sehat dan gembira. Dan kita juga melakukan sesuatu yang mulia bagi semua umat. Bukankah itu menyenangkan?
Pesan saya, kita harus menjaga lingkungan dengan baik dan tanpa paksaan. Bumi sudah melakukan hal yang baik buat kita. Tapi mengapa kita membalasnya dengan cara merusak? Itulah yang harus kita pikirkan mulai sekarang. Kita harus merawat bumi seperti bumi memberi kebaikan oleh kita. O ya ada beberapa kiat dan cara merawat bumi:
1.      Buanglah sampah pada tempatnya
2. Pisahkanlah sampah organik dan anorganik
3. Tanamlah pohon agar udara semakin sejuk
4. Rawatlah tanaman dengan baik
5. Jika ingin membuang sampah, harus di pikirkan dahulu. Apakah sampah itu bisa di buat prakarya atau tidak. Kalau bisa dibuat prakarya, kita dapat mengurangi sampah yang ada.
6. Lakukan jurus 3R. (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse: memanfaatkan kembali sampah yang ada, Reduce: mengurangi sampah, Recycle: mendaur ulang sampah.
O ya satu lagi pesan dari saya. Tebarkanlah kebaikan pada semua orang. Agar kita mendapat pahala dan amalan baik dari Tuhan YME.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar