A. Karakteristik Perkembangan
Anak Usia Sekolah
Pada perkembangannya,
individu akan selalu dituntuk untuk terus belajar baik pembelajaran yang
didapatnya secara formal di lembaga pendidikan maupun non formal pada
masyarakat / lingkungan.
Pada usia sekolah,
individu akan mengalami perkembangan-perkembangan yang akan mempengaruhi
kehidupannya. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) yang disadur dari buku
Perkembangan Peserta Didik (Sitti Hartinah, 2008:201), masa remaja
meliputi :
(1) remaja awal : 12-15 tahun,
(2) remaja madya: 15-18 tahun, dan
(3)
remaja akhir: 19-22 tahun.
Siswa sekolah menengah
menempati fase remaja awal dan remaja akhir. Penekanan pada pembahasan
karakteristik siswa usia sekolah pada tingkatan sekolah menengah ini karena
pada masa perkembangan remaja, seseorang akan menghadapi krisis berkaitan
dengan kesadaran akan jati diri dan terjadi peralihan kearah kematangan pribadi
sebagai seorang dewasa.
Karakteristik perkembangan
anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah
mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada
usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya
tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
B. Perkembangan Fisik-Motorik
Seiring dengan
pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah
dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhan atau minatnya. Dia menggerakkan anggota badannya dengan tujuan yang
jelas seperti :
Menggerakkan
tangan untuk menulis, menggambar, mengambil makanan,melempar bola dan
sebagainya.
Menggerakkan
kaki untuk menendang bola, lari mengejar lari mengejar teman pada samain
kucing-kucingan dan sebagainya.
Fase atau usia sekolah
dasar (7-12) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.
Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan
yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar.
Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan
perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pelajaran
keterampilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu
secara fungsional. Upaya-upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan motorik
secara fungsional tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Sekolah
merancang pelajaran keterampilan yang bermanfaat bagi perkembangan atau
kehidupan anak.seperti mengetik,menjahit,merupa,atau kerajinan tangan lainnya.
2. Sekolah
memberikan pelajaran senam atau olahraga kepada para siswa, yang sejenisnya
disesuaikan dengan usia siswa
3. Sekolah
perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang memiliki keahlian dalam
bidang-bidang tersebut diatas.
4. Sekolah
menyediakan sarana untuk keberlangsungan penyelenggaraan pelajaran tersebut,
Menurut Hurlock
(1978) pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut kemudian mengarah pada
pembentukan keterampilan (skill). Keterampilan yang dipelajari dengan baik
akhirnya akan menimbulkan kebiasaan.Perkembangan psikomotorik berhubungan erat
dengan perilaku individu. Pada aspek sosial, masa remaja adalah masa mencari jati
diri. Keterampilan sosial berkembang pada konteks remaja ketika ia berinteraksi
dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya
Percakapan mengenai topik-topik tertentu
dalam pergaulan membantu siswa melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang
yang selanjutnya mengembangkan cara berpikirnya. Sedangkan pada aspek moral dan
emosi, masa remaja adalah masa-masa yang sensitif dan reaktif bahkan ada yang
cenderung temperamental. Kondisi ini diakibatkan oleh lingkungan yang tidak
yang tidak baik.
C. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah
dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan
tugas-tugas belajar yang intelektual menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif.
Dilihat dari aspek
perkembangan kognitif, menurut Piaget masa ini berada pada tahap operasi
konkret yang ditandai dengan kemampuan:
1. Mengklasifikasikan benda-benda
berdasarkan ciri yang sama.
2. Menyusun
atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan
3. Memecahkan
masalah (problem solving) yang sederhana
Kemampuan intelektual
pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan
yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat
diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca,menulis,dan berhitung.
Untuk mengembangkan
daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka kepada anak perlu diberi
peluang-peluang untuk bertanya,berpendapat,atau menilai (memberi kritik)
tentang berbagai hal yang terkait dengan pelajaran atau peristiwa yang terjadi
di lingkungan.
Peserta didik mulai
berpikir secara hipotesis dalam menyelesaikan masalah yaitu mencari sumber
permasalahan, mengkaji dan mencari alternative pemecahannya.
Sistem persekolahan dan keadaan social
ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perkembangan kognitif anak
didik, demikian pula dengan budaya, sistem nilai, dan harapan dalam masyarakat.
D. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan salah
satu alat vital dalam perkembangan kognitif. Konsep-konsep permasalahan yang
dikaji akan lebih mudah dimengerti dengan bantuan bahasa. Kemampuan
berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa termasuk dapat
berbentuk lisan atau tulisan dengan mempergunakan tanda (coding), huruf
(alphabetic), bilangan (numerical atau digital), sinar atau
cahaya yang dapat merupakan kata-kata (word) atau kalimat (sentences).
Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing, picture), gerak-gerik
(gestures) dan mimic serta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya
Bahasa adalah sarana
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan,isyarat,
atau gerak dengan menggunakan kata-kata,simbol,lambang,gambar,atau lukisan.
Melalui bahasa setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar,
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar
merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata. Pada awal masa ini, anak sudah nmenguasai sekitar 2.500
kata, dan pada masa akhir anak telah dapat menguasai sekitar 5000 kata.
Dengan dikuasainya
keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar
membaca atau mendengar cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat
berfikir anak sudah lebih maju,dia banyak menayakan waktu dan
soal-akibat
Di
sekolah,perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya mata
pelajaran bahasa indonesia (bahkan disekolah-sekolah tertentu diberikan bahasa
inggris). Dengan diberikannya pelajaran bahasa disekolah, para siswa diharapkan
dapat menguasai dan menggunakannya sebagai alat untuk:
1. Berkomunikasi
secara baik dengan orang lain
2. Mengekspresikan
pikiran,perasaan,sikap atau pendapatnya
3. Memahami
isi dari setiap bahan bacaaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi anak melalui tulisan,
sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan,gagasan, atau pikirannya maka
sebaiknya kepada anak dilatihkan untuk membuat karangan atau tulisan tentang
berbagai hal yang terkait dengan pengalaman hidupnya sendiri, atau kehidupan
pada umumnya, seperti menyusun autobiografi,kehidupan keluarga,cara-cara
memelihara lingkungan, cita-citaku, dan belajar untuk mencapai sukses.
E. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas
tinggi, kelas 4,5,6) anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima,atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia
mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan
mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan.
Dalam
proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya
sangatlah berpengaruh. Apalagi anak dikembangkan dilingkungan keluarga yang
suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cendrung stabil atau
sehat. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya
kurang stanil atau kurang kontrol maka perkembangan emosi anak cendrung kurang
stabil atau tidak sehat
Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu , dalam hal
ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif seperti perasaan senang
bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti
memerhatikan penjelasan guru, membaca buku,aktif berdiskusi, mengerjakan tugas
atau pekerjaan rumah,dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya,
apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan
tidak senang, kecewa, tidak berbagairah, maka proses belajar tersebut akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya
untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam
belajarnya.
Mengingat
hal tersebut, maka guru seyogianya mempunyai kepedulian untuk menciptakan
suasana proses belajar-mengajar yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar siswa secara efektif. Upaya yang dapat ditempuh guru
dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif itu adalah sebagai
berikut:
- Mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan ,seperti guru bersikap ramah,tidak judes atau galak.
- Memperlakukan siswa sebagai
individu yang mempunyai harga diri, seperti guru menghargai pribadi,
pendapat,dan hasil karya siswa, dan tidak mencemoohkan atau melecehkan
pribadi,pendapat, dan hasil karya siswa serta tidak menganakemaskan atau
menganaktirikan siswa
- Memberikan nilai secara adil
dan objektif
- Menciptakan kondisi kelas yang
tertib, bersih,dan sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar